Organisasi Pelajar yang (seharusnya) nggak perlu ribet

Diposting oleh Adam Syarief Thmrn on Rabu, 23 November 2011


Sebenernya saya belum lama terjun di dunia organisasi pelajar yang berbasis tingkat daerah atau sederajat-lah, beberapa bulan yang lalu melalui Musyawarah Daerah salah satu organisasi pelajar Islam tingkat kota Surabaya, saya mendapatkan amanah untuk memimpin organisasi tersebut. Wah, itu beban + amanah dan tanggungjawab yang sangat besar dan berat sekaligus tantangan luar biasa dilain sisi saya pun juga berpikir, ini lah juga kesempatan saya untuk mengembangkan ide-ide dan konsep-konsep yang saya miliki untuk pengembangan potensi teman-teman pelajar. Setelah pertimbangan diselingi sedikit perdebatan dalam hati, yah, akhirnya saya terima tawaran tersebut, dihadapan peserta musyawarah pun saya sudah memberikan sambutan. Hmmm, sekalian itung-itung belajar jadi pejabat lah hahaha...

Selang 1-2 hari pasca musyawarah tersebut, keadaan masih tenang dan stabil. Semangat saya pun mulai tumbuh dan meningkat untuk ngurusin sebuah organisasi ini yang saya anggap inilah tantangan untuk saya. Saya mulai mencoba menghimpun teman-teman anggota saya yang ada di organisasi tersebut untuk saya organisir dan saya mulai apayang dinamakan Organization Management Theory. Sebuah ilmu bagaimana mengorganisir sebuah organisasi untuk saya (yg notabene masih pemula dlm memimpin) Memang tidak saya sangkal, saya memiliki track record yang bisa dibilang cukuplah di organisasi, bukan hanya organisasi yang sekarang saya pimpin tapi diluar saya sudah cukup kenyang denan apa yang disebut Training Camp, Leadership, Pengkaderan, Orientasi, Managemen Organisasi dan lain sebagainya lah hingga ilmu-ilmu yang ditularkan ayah saya kepada saya mengenai kepemimpinan dan organisasi.sedikit cerita Ayah saya adalah seorang yang saya kagumi, ia memulai karir dari nol hingga saat ini dipercaya memimpin beberapa perusahaan baik swasta dan milik negara. Selain itu, ayah saya juga seorang akademisi, ia seorang Dosen Akuntansi dan juga seorang konsultan, selain itu ia juga pernah terjun di organisasi. Menurut saya, ayah saya sudah khatam dengan pengalaman-pengalamannya yang luar biasa dan melalui pengalaman-pengalamannya itu ilmunya ditularkan kepada saya.

Kembali ke posisi saya di organisasi yang baru ini, mungkin selang 3 hari setelah musyawarah saya mulai mendengar isu-isu tidak baik mengenai pengangkatan saya sebagai pimpinan diorganisasi ini, ada yang mempermasalahkan saya tidak sarat adminstrasi dan lain sebagainya dan inilah awal saya mulai berpikir dimana organisasi pelajar pun harus kental dan sarat peraturan dan birokrasi. Saya, salah satu orang yang benci birokrasi dan peraturan. Konsep tersebut menurut saya adalah upaya memperlambat laju perkembangan baik itu negara maupun sumber daya manusia. Mulai saat itu semangat saya mulai menurun, ditambah lagi pihak Pimpinan organisasi menyelenggarakan semacam pemilihan ulang pimpinan yang baru dan terkesan hasil musyawarah kemarin dimentahkan begitu saja. Saya tambah kesal dan kecewa lagi, jika di hitung persentase mungkin semangat saya tinggal 10% lebih dikitlah... tapi saya menyadari itulah dinamika, sebuah dinamika organisasi yang menunjukan bahwa semangat kritisme hidup didalam organisasi itu, saya menerima dengan ikhlas dan legowo hasil keputusan rapat pemilihan yang menarik saya dari pimpinan dan menghasilkan pimpinan baru, sampai sana saya sadar saya bukan orang lama disini, gue masih baru menn..." saya pun menerima keputusan dan sedikit demi sedikit semangat mulai tumbuh kembali untuk bersama-sama membantu menjalankan organisasi.

Hari demi hari pun terus berjalan dengan indahnya dinamika klasik dari organisasi yang tak henti-hentinya bergulir bagai bola panas yang menghantam sendi-sendi kesatuan dan ketahanan organisasi tersebut, hingga pada akhirnya pimpinan organisasi yang lama (yg masih berwenang krn yg baru blm dilantik) mengundang saya termasuk teman-teman lain untuk kembali menghadiri rapat konsolidasi. Rapat tersebut menurut saya cukup menarik, banyak argumen, kritik, pertanyaan-pertanyaan tajam dan lain sebagainya yang salah satunya mempermasalahkan kedudukan dan posisi saya hingga harus turun sejenak dari pimpinan (yg sdh dipilih saat musyawarah) tanpa solusi dan konklusi yang konkrit. Bahkan, didalam rapat tersebut pecah dengan tangisan haru salah satu peserta rapat, dan dalam hati saya bicara "dramatis banget organisasi ini.." 

Rapat internal tersebut yang lebih saya menyebutnya sebagai momen sanggah-sanggahan dan perang argumen itu usai hingga hampir tengah malam dengan keputusan yang sangat lucu dan menggelitik, yaitu kembali mengangkat saya lagi sebagai ketua / pimpinan dan mementahkan hasil rapat pasca-formatur (yg mementahkan keputusan musyawarah) Didalam hati, rasa kesal,mangkel,lucu,menggelitik campur baur jadi satu. Yang saya kesalkan, saya dan teman-teman lain (sesama  anggota pimpinan baru) yang merasa seperti dipermainkan dalam kondisi dinamika organisasi klasik penuh keribetan dan keberatan-keberatan lain, saya berpikir dalam hati "Ini organisasi yang kedudukannya tingkat kota lho, yang mengaku memiliki peraturan runtut tentang tata-cara pemilihan pimpinan yang dianggap sakral, masih bisa ya main-main dengan dinamika peraturannya dan sikap internalnya yang seakan terpecah tidak menjadi satu suara" . Tetapi lucunya, sebuah forum didalam organisasi yang dalam jangka waktu musyawarah bisa memilih hingga 3x pimpinannya, kalo di DPR sana sudah jadi ajang banyak-banyakan amplop tuh hahahaha...

Dan, finally keputusan tersebut berlaku hingga saya menulis artikel di blog ini sekarang dan dengan kekuatan semangat yang sudah tidak bisa maksimal lagi seperti awal (udah ditengah-tengah) saya berusahalah sebisanya dan semampunya hingga muncul prinsip baru saya di organisasi ini "Aku jalankan dan aku laksanakan sebisa dan semampuku, saya bukan orang yang gampang patuh dan tunduk dengan birokrasi, dan inilah saya..." cukup idealis dan apa salahnya kan?? tidak ada toh. Sejak kecil saya bukan tipe orang yang gampang diajak mbulet, gampang diajak patuh tunduk sana sini, kecuali kalo itu ada manfaatnya, kalo enggak? buat apa kan hahaha. Dan menurut saya, birokrasi itu adanya cukuplah di negara / pemerintahan saja, organisasi apalagi organisasi pelajar udahlah jangan diselip-selipkan birokrasi yang njlimet. Sampai saat ini pun saya masih diharuskan untuk mengikuti sebuah pelatihan kader di organisasi itu (yg memang sebuah syarat untuk jadi ketua) yah mungkin semacam pelatihan-pelatihan / training ditempat lainlah. Dan baru saja saya mendapatkan informasi dari teman saya bahwa ada info dari pimpinan organisasi yang tingkatan lebih diatas yang ditujukan mungkin lebih kepada saya untuk segera menyelesaikan administrasi dan mengikuti pelatihan-pelatihan organisasi jika tidak, SK / Surat Ketetapan untuk saya dan teman-teman diorganisasi saya tidak akan diturunkan hahahaha.... udah kayak birokrat apratur negara saja. Kita ini organisasi Pelajar bung... pikirkan Student Development dan Student Character atau Capacity Building aja lah buat organisasi kita...

Tapi, saya tetap salut, saya tetap bangga dengan organisasi yang saya duduki saat ini, saya berharap si Kuning ini bisa menjadi organisasi yang kokoh,kuat dan terarah menaungi dan melindungi pelajar di kota Surabaya dan tetap berpijak pada Al Quran dan As Sunnah sebagai sandaran utama. 

Organisasi Pelajar harusnya nggak perlu ribet mikirin birokrasinya, tapi kembangkan sayapnya untuk berikan yang terbaik dan lebih baik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar